Oleh Annisa Qur’ani, Anggota PERHIMAK UI
Sejumlah
40 anak lulusan SMA akan dibawa dari Kebumen ke Depok untuk digembleng selama
dua bulan, mulai Mei hingga Juni 2013.
Ini adalah program tahunan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh
Perhimpunan Mahasiswa Kebumen Universitas Indonesia (PERHIMAK UI) untuk
membantu calon-calon mahasiswa asal Kebumen menghadapi tes seleksi masuk
Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
Program
yang bernama Bimbingan Belajar dan Beastudi (B3) PERHIMAK UI 2013 ini merupakan
kali kedelapan, jika dihitung dari awal mulainya program pemboyongan siswa asal
Kebumen ke Depok sejak 2005 oleh mahasiswa UI asal Kebumen. Namun untuk program
resmi yang kemudian menjadi salah satu program kerja terstruktur PERHIMAK UI
baru dilaksanakan tahun 2008. Inti dari program ini adalah memberikan fasilitas
belajar bagi pesertanya untuk dapat lolos tes seleksi PTN dengan menyediakan
tempat, pengajar, modul belajar, dan sebagainya di Depok sebagai basis kegiatan
anggotanya.
PERHIMAK
UI, yang 14 Februari lalu menginjak usia delapan tahun, selama perjalanannya
berusaha untuk menerapkan asas ketiga dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu
pengabdian kepada masyarakat. Program B3 ini hanya salah satu dari serangkaian
program pengabdian masyarakat yang menjadi tujuan utama berkumpulnya
mahasiswa-mahasiswa UI asal Kabupaten Kebumen di bawah satu atap organisasi.
Rangkaian kegiatan lain di antaranya ada UI Goes to Kebumen (UIGTK), Bakti
Desa, Bakti Sosial, dan utamanya Advokasi Mahasiswa Baru asal Kebumen yang
diterima di UI.
Ide
tentang pengabdian masyarakat yang dilakukan PERHIMAK UI berawal dari niat
sederhana untuk membantu anak-anak Kebumen yang punya mimpi kuliah di perguruan
tinggi. Kuliah dikenal oleh orang-orang semacam melihat barang mewah di etalase
toko: mahal, terbatas, dan hanya bagi yang punya uang. Paradigma itu berusaha
diubah dengan berbagai pendekatan untuk memperkenalkan dunia kampus pada
masyarakat: pada pemerintah daerah, pada siswa, dan utamanya pada orang tua
karena saat itu orang tuualah yang menentukan apakah seorang anak akan lanjut
pendidikannya atau tidak. Lagi-lagi, karena masalah ekonomi.
Paradigma
itu bergeser seiring bertambahnya jumlah anak asli Kebumen yang berhasil
menjadi mahasiswa, lulus, dan memiliki pekerjaan yang dianggap baik oleh
masyarakat. Ide besar pengabdian masyarakat PERHIMAK UI berkembang menjadi
bagaimana memberikan fasilitas bagi para mahasiswa di perantauan untuk tetap
dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan daerah asalnya. Bagaimana
memberikan sumbangan-sumbangan positif bagi Kebumen dalam kapasitas sebagai
mahasiswa? Kontribusi macam apa yang bisa diberikan? Akhirnya jawabannya
ditemukan dalam program-program yang saya sebutkan di awal tadi.
Orang
tua punya banyak dana, banyak waktu, tapi sedikit tenaga. Orang dewasa punya
banyak dana, banyak tenaga, tapi sedikit waktu. Orang muda banyak waktu, banyak
tenaga, tapi sedikit dana. Demikian orang-orang berkata. Di golongan terakhir
inilah rata-rata anggota PERHIMAK UI berada. Posisinya sebagai golongan muda
menuntut untuk kreatif mencari cara untuk memenuhi kekurangan-kekurangan dalam
pelaksanaan programnya. Maka dijalinlah berbagai jaringan alumni dan warga asal
Kebumen yang ada di perantauan. Bekerja sama dengan IWAKK WALET MAS, yaitu
perhimpunan warga asal Kebumen yang berdomisili di Jabodetabek, dan persatuan
alumni sebagai stakeholder, kegiatan
yang dilaksanakan paguyuban daerah kedua terbesar di UI ini dapat berlangsung
stabil dalam hal pendanaan dan perluasan jaringan.
PERHIMAK
UI telah menjadi fasilitas kontribusi bagi semua golongan. Bagi mahasiswa
anggotanya, ia ada sebagai fasilitas pemenuhan asas ketiga Tri Dharma Perguruan
Tinggi. Bagi alumni dan warga asal Kebumen, ia menjadi semacam salah satu pipa
saluran untuk mengalirkan sumbangan-sumbangan baik ide maupun materi untuk
kemajuan daerah asalnya. Dan tentu saja bagi pemerintah daerah Kebumen sendiri,
ia adalah salah satu wadah yang strategis untuk memantau generasi muda daerah
agar tetap memiliki ikatan dengan Kebumen. Harapannya dengan adanya ikatan ini,
potensi-potensi yang sudah dididik di rantau dapat berkembang dan kelak membagi
buahnya untuk membangun daerah.
Tahun
berganti diikuti regenerasi kepengurusan PERHIMAK UI. Tiap periode kepengurusan
selalu diawali dengan pembaharuan semangat untuk membagi manfaat bersama semua stakeholder. Dari didirikannya
organisasi ini, salah satunya oleh Tribuana (Teknik Elektro UI 2002) sampai
pada kepengurusan saat ini yang dipimpin Jodi Setiawan (Ilmu Komputer UI 2010),
PERHIMAK UI perlahan menempati tempat kebermanfaatannya sendiri di tengah
masyarakat Kebumen. Hingga kini jumlah anggota dan alumninya sudah melebihi
angka 400 (sangat besar untuk ukuran satu kabupaten kecil di Jawa Tengah) dan
terus bertambah.
“PERHIMAK
UI itu lahir untuk Kebumen. Anggotanya adalah mahasiswa UI yang asal SMA-nya
dari Kebumen, atau yang pernah tinggal di Kebumen, atau bisa jadi bagi semua
yang merasa menjadi bagian dari keluarga perhimpunan mahasiswa asal Kebumen
ini,” demikian kata Ketua PERHIMAK UI 2012/2013, Jodi Setiawan, di sebuah
diskusi internal.
Pernyataan
itu juga dikatakan oleh ketua-ketua sebelumnya dan semua warga Perhimak UI jika
mereka ditanya siapa saja yang berhak menjadi anggota paguyuban. Memang, pada
dasarnya asas utama yang dijunjung paguyuban ini adalah kekluargaan yang
profesional. Profesional dalam setiap pelaksanaan programnya dan bergerak
sebagai satu kesatuan utuh keluarga Kebumen.