23 Mei 2014
Kita mengatakan cinta seolah kita mengerti tentangnya.
Berbisik tentang kisah-kisah romantis bersama angin yang semilir lembut.
Kisah-kisah yang juga tidak kita mengerti. Merambat di hujan yang dingin
bersama mimpi indah yang perlahan membeku. Kita bicara tentang esok hari, yang
belum tentu kita miliki. Kita bicara seolah kita menggenggamnya dalam kepalan
dan mengakuinya sebagai kepastian yang benar-benar akan terjadi.
Kita sebenarnya sudah cukup puas hanya dengan saling
bertatap muka dan bertukar kerlingan. Sekedar menyadari bahwa satu sama lain
saling memperhatikan, tanpa kata dan sentuhan yang membuat kita tidak bisa
beranjak. Sembari waktu berjalan mengiringi setiap pertumbuhan kita,
mimpi-mimpi terkoyak pelan-pelan. Terobek-robek sampai pada akhirnya kita
berpisah dan saling melupakan.
Kedewasaan selalu menuntut kesendirian dalam prosesnya.
Aku rindu. Lupa hanya menjadi kata yang terpendam di balik
kesibukan dan rutinitas. Ketika kesendirian menyergap, aku mengingatmu dengan
jelas. Ingatan itu tumbuh membesar menjadi rindu yang bertabuh bertalu-talu.
Berdentum-dentum sampai tak bisa lagi disembunyikan dengan kesibukan yang
nyaris membunuhku. Ketakutan menyergap ketika perlahan kisah-kisah itu memudar
dalam kenangan. Aku semakin ingin bertemu.
Cinta dan kisah-kisah yang membuatnya indah akan terlupakan
bersama waktu dan tertidur selamanya dalam diam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar