Kamis, 24 Juli 2014

Prosa Pendek (1)



23 Mei 2014 

Kita mengatakan cinta seolah kita mengerti tentangnya. Berbisik tentang kisah-kisah romantis bersama angin yang semilir lembut. Kisah-kisah yang juga tidak kita mengerti. Merambat di hujan yang dingin bersama mimpi indah yang perlahan membeku. Kita bicara tentang esok hari, yang belum tentu kita miliki. Kita bicara seolah kita menggenggamnya dalam kepalan dan mengakuinya sebagai kepastian yang benar-benar akan terjadi. 

Kita sebenarnya sudah cukup puas hanya dengan saling bertatap muka dan bertukar kerlingan. Sekedar menyadari bahwa satu sama lain saling memperhatikan, tanpa kata dan sentuhan yang membuat kita tidak bisa beranjak. Sembari waktu berjalan mengiringi setiap pertumbuhan kita, mimpi-mimpi terkoyak pelan-pelan. Terobek-robek sampai pada akhirnya kita berpisah dan saling melupakan. 

Kedewasaan selalu menuntut kesendirian dalam prosesnya.

Aku rindu. Lupa hanya menjadi kata yang terpendam di balik kesibukan dan rutinitas. Ketika kesendirian menyergap, aku mengingatmu dengan jelas. Ingatan itu tumbuh membesar menjadi rindu yang bertabuh bertalu-talu. Berdentum-dentum sampai tak bisa lagi disembunyikan dengan kesibukan yang nyaris membunuhku. Ketakutan menyergap ketika perlahan kisah-kisah itu memudar dalam kenangan. Aku semakin ingin bertemu.

Cinta dan kisah-kisah yang membuatnya indah akan terlupakan bersama waktu dan tertidur selamanya dalam diam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Melihat Aksi Mahasiswa Lewat Drama Korea

Mengamati lewat media tentang bergeraknya mahasiswa, saya segera ingin menuliskannya. Rasanya kegelisahan di kepala bisa terasa lebih seder...