Kamis, 24 Juli 2014

Kaum Tepi Jalan



(repost, ditulis Mei 2012)

Kami hanya batu sandungan
Tersempil di antara raksasa-raksasa peradaban
Buatmu, tentu merusak pemandangan

Tanyakan pada kami : tentang mimpi
Pastilah bagimu yang batang kokoh, kami sejumput akar serabut
Atau tentang hidup
Kami jauh lebih tahu banyak daripadamu
Terutama rasanya yang pahit

Lelah leher kami selalu mendongak
Pada judul-judul toko, pada baliho-baliho, pada istana-istana

Pada merah putih

Jangan tanyakan rasa atau sudut pandang
Kita berbeda dalam semua
Yang banyak tak selalu berkuasa
Yang sedikit justru istimewa, mengatur segala,
Bukankah itulah hukummu?

Definisimu tentang sejahtera, kemakmuran
Adalah berbeda sisi
Kami cukup makan nasi, anak sekolah, dapur mengepul
Tak perlu berlian, lantai marmer, istri pesolek

Jangan menoleh, jangan menatap kami dari ketinggian
Kami benci belas kasihan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Melihat Aksi Mahasiswa Lewat Drama Korea

Mengamati lewat media tentang bergeraknya mahasiswa, saya segera ingin menuliskannya. Rasanya kegelisahan di kepala bisa terasa lebih seder...