Kamis, 14 Agustus 2014

Prosa Pendek (3)


Jangan bertanya padaku perihal kasih dan sayang. Ia masih milik hati yang belum diberikan pada siapapun. Aku menjaganya sendiri pada sepertiga waktu kehidupan yang dijatah.
Hati-hati yang melangkah. Nurani-nurani yang terbelah. Kenyataan yang melawan. Dan bersama mereka, kasih dan sayang memaksa keluar sangkar.

Aku ingin menjaganya hingga langkah sendiri yang paling akhir. Ia adalah rumah yang kubangun dengan menolak segala badai dalam hidup. Ia membesar hingga mewujud rumah yang nyaman lagi hangat. Walau seharusnya aku mengerti, nantinya ia akan kubagi.
Pada saatnya, seorang tamu akan mengetuk pintu. Di tengah hujan yang menderas dari air mataku, menggenang pada tanah yang menjadi becek. Seseorang akan mengetuk pintu, yang kuharap dengan lembut dan malu-malu.

Tamu asing duduk di ruang tamu. Kasih dan sayang menghambur keluar seiring tiap kata yang ia lontarkan. Tamu itu adalah pengembara. Rumahku entah persinggahannya yang ke berapa. Aku menolak menjadi tempat singgah. Padaku ia titipkan hati. Kasih dan sayang memeluknya dalam dekapan halus hingga ia terlelap bersama mimpi-mimpiku tentang kebahagiaan.

Maka jangan tanyakan padaku tentang kasih sayang. Ia hanyalah bunga yang mekar dipeluk matahari dan layu ditinggalkan hujan. Keindahan yang sesaat mengundang kumbang datang dan pergi kala senja menjelang. Esok pagi kuhadapi rindu sendirian. Air mata juga kuhapus sendirian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Melihat Aksi Mahasiswa Lewat Drama Korea

Mengamati lewat media tentang bergeraknya mahasiswa, saya segera ingin menuliskannya. Rasanya kegelisahan di kepala bisa terasa lebih seder...