Senin, 18 Agustus 2014

Setu Babakan, dari Lebaran ke Lebaran

Mencari tempat libur lebaran keluarga yang tenang, asri, dan ekonomis? Anda bisa mengarahkan destinasi liburan menuju Kampung Betawi Setu Babakan. Berlokasi di Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, tempat ini menawarkan paduan wisata alam dan cagar budaya khas Betawi.

Pintu masuk Setu Babakan dari Jalan M. Kahfi II

Suasana di Setu Babakan cukup ramai saat saya datang berkunjung pada Selasa sore (5/8/2014). Dari pintu masuk utama yang terletak di Jl. Mohamad Kahfi 2, tampak berseliweran pengunjung yang membawa kendaraan pribadi, baik sepeda motor atau mobil. Jumlah kendaraan semakin banyak terlihat di jalan paving menuju danau di tengah perkampungan. Ya, setu artinya danau. Daya tarik utama tempat wisata ini memang danau buatan seluas 32 hektar yang diberi nama Babakan.

Ratusan sepeda motor dan puluhan mobil terparkir di pinggir jalan setapak yang mengelilingi Danau Babakan. Pemilik kendaraan-kendaraan ini tengah bersantai di kursi dan meja yang tersusun sepanjang tepi danau. Di seberang trotoar, tampak deretan lapak dan kios penjaja makanan khas Betawi. Pengunjung sambil duduk dan menikmati pemandangan danau bisa memesan berbagai macam makanan seperti kerak telor, ketoprak, ketupat sayur, mie ayam, soto mie, kue apem, roti buaya, toge goreng, tahu gejrot, bir pletok, dan es kelapa muda. Harga makanan tersebut sekitar Rp 5.000 hingga Rp 20.000.

Rahmi adalah salah satu pengunjung tahunan Setu Babakan. Wanita berusia sekitar lima puluhan tahun ini selalu membawa keluarganya berwisata di Setu Babakan di masa libur lebaran. Ibu tiga anak yang berasal dari Cimanggis ini mengaku menyukai suasana lebaran yang dihadirkan di tempat wisata ini. Hari ini adalah kunjungan kelimanya sejak 2010.

“Suasana lebaran di sini beda sama hari-hari biasa. Sekalipun ramai, tapi adem aja rasanya. Tenang, pemandangannya juga lumayan. Makanannya juga enak-enak, kan jarang makanan-makanan ini dijual di tempat lain selain tempat wisata,” ungkapnya sembari menikmati es kelapa muda dan kerak telor di lapak pinggir danau dekat pintu air Setu Babakan. “Selain itu yang bikin betah ya dekat, semilir, dan yang penting sih, murah meriah, hahaha,” tambahnya.

Danau Setu Babakan, daya tarik utama bagi pengunjung
Pengunjung tempat wisata ini, menurut hitungan kasar Bledu (42), petugas lapangan di Setu Babakan, berkisar antara 200 hingga 300 orang di akhir pekan. Saat momen libur lebaran, jumlah tersebut bisa bertambah dua kali lipatnya. Pengunjung yang datang tidak ditarik biaya masuk, tapi jika membawa kendaraan pribadi pengunjung wajib membayar Rp 2.000 untuk biaya parkir.

“Di hari-hari biasa nggak ditarik parkir. Sepi sih, petugasnya juga kan kerja di tempat lain. Tapi kalau Sabtu-Minggu atau waktu liburan, pengunjung ditarik biaya parkir,” kata Bledu saat diwawancarai di depan panggung pertunjukan di Setu Babakan, Selasa (5/8).

Di akhir pekan, pengunjung dapat menonton pertunjukan tradisional khas Betawi seperti lenong, tari cokek, tari topeng, kasidah, marawis, tanjidor, gambang kromong, seni gambus, dan ondel-ondel. Pertunjukan dilakukan oleh seniman setempat dan dipentaskan secara berkala. Selain seni tradisional di atas, pengunjung juga bisa menonton anak-anak berlatih di sanggar tari dan latihan Beksi, pencak silat khas Betawi. Terkadang upacara pernikahan khas Betawi, sunatan massal, akikah, khataman Al-Qur’an, dan tujuh bulanan juga digelar di lingkungan masyarakat Setu Babakan.

Lokasi yang relatif mudah dijangkau dan biaya yang murah membuat Setu Babakan menjadi destinasi wisata bagi masyarakat Jakarta dan sekitarnya.

Setu Babakan dalam Pertumbuhan

Tempat wisata alam dan cagar budaya Setu Babakan merupakan tempat wisata yang dibuat oleh pemerintah kota DKI Jakarta pada tahun 2004, sehingga tergolong tempat wisata yang masih baru. Area wisata yang dibangun di tengah perkampungan seluas 289 hektar ini 65 hektar di antaranya milik pemerintah dan baru dimanfaatkan sebanyak 32 hektar. Sisanya masih berupa lahan kosong di sekitar danau, termasuk pulau buatan yang baru dibuat di tengah-tengah danau. Di pulau buatan ini, kata Bledu, rencananya akan dibangun rumah-rumah khas Betawi dan menjadi tempat foto bagi wisatawan yang berkunjung. Hingga saat ini pulau buatan tersebut masih berupa lahan kosong.

Selain seni tradisional yang dapat dinikmati pengunjung di akhir pekan, di dekat panggung pertunjukan juga terdapat lokasi taman bermain. Tampak di balik warung-warung makanan lesehan sebuah bianglala berukuran sedang seperti yang biasa ada di pasar malam rakyat. Taman bermain ini terlihat sepi dan kurang mencolok karena tertutup deretan warung-warung makan. Jika Anda berdiri dari tepi danau dan melihat ke arah taman bermain, maka Anda hanya akan melihat bagian atas bianglala. Taman bermain ini memang belum lama ditambahkan dan fasilitas permainan lain pun belum ada.

Salah satu pedagang kerak telor, Tanti (21), yang membuka lapak di dekat pintu air berkata bahwa hamir setiap tahunnya ada yang ditambahkan di areal wisata Setu Babakan. Ia sudah berdagang di tempat itu sejak SMP setelah sebelumnya ayahnya lebih dulu membuka lapak kerak telor sejak Setu Babakan diresmikan menjadi tempat wisata.

“Sebelumnya jalannya masih tanah, terus dipaving dan diperlebar buat parkir motor dan jualan. Tadinya pulau di tengah itu belum ada. Bianglala juga baru-baru ini aja. Tahun lalu kalo nggak salah baru tambahin. Kalau perahu-perahu dan bebek airnya sih udah lama, cuma nambah banyak sekarang,” kata Tanti. Wanita berjilbab ini sejak kecil sudah tinggal di perkampungan di sekitar danau bersama keluarganya yang asli suku Betawi.

Tanti juga menambahkan bahwa sejak 2010 pedagang yang membuka lapak makanan di Setu Babakan makin bertambah seiring bertambahnya pengunjung dan fasilitas wisata yang ditawarkan. Sebagian besar pedagang, seperti Tanti, adalah warga sekitar yang tinggal di perkampungan tersebut selama puluhan tahun. Namun menurut keterangan Tanti, terdapat beberapa pedagang pendatang dari Depok, Jakarta Timur, dan daerah-daerah lain. Warga perkampungan pun tidak semua asli Betawi, tapi kebanyakan dari mereka sudah tinggal di perkampungan tersebut puluhan tahun.

Danau Setu Babakan, daya tarik utama bagi pengunjung

Pada tahun 2013 pemerintah provinsi DKI menganggarkan 127 miliar dari APBD untuk pembangunan Kampung Betawi dengan konsep tengah pulau di Setu Babakan. Pembangunan pulau tersebut hingga saat ini belum rampung. Tampak jembatan yang dibuat untuk menghubungkan pinggir danau dan pulau buatan masih dalam proses pembangunan. Menurut Kepala Pengelola Setu Babakan, Indra Sutisna, yang dilansir kompas.com pada 20 September 2013, pembangunan pulau buatan akan selesai tahun 2014. Akan tetapi hingga kini hampir setahun setelahnya, pembangunan pulau belum banyak mengalami kemajuan.

Setu Babakan, dalam pandangan Rahmi yang lima tahun terakhir setia berkunjung tiap tahunnya, akan  menjadi lokasi wisata yang lengkap dalam beberapa tahun ke depan. Ia secara rinci memaparkan bayangannya terhadap Setu Babakan.

“Seru juga tuh kalau ada bianglala, kereta keliling setu (danau), rumah-rumah Betawi, apalagi kalau jembatan ke pulaunya dibikin dari kayu. Kelihatannya alami, duh, seger lah liatnya. Hahaha, tapi tetep lah, nomor satu biaya masuknya harus murah. Bisa buat jalan-jalan sama cucu besok kalau udah punya,” ujar Rahmi yang telah menghabiskan segelas es kelapa dan kerak telor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Melihat Aksi Mahasiswa Lewat Drama Korea

Mengamati lewat media tentang bergeraknya mahasiswa, saya segera ingin menuliskannya. Rasanya kegelisahan di kepala bisa terasa lebih seder...