Rabu, 03 April 2013

Sebuah Catatan Manis Tentang Kontribusi Anak Rantau



Oleh Annisa Qur’ani, Anggota PERHIMAK UI
 
Sejumlah 40 anak lulusan SMA akan dibawa dari Kebumen ke Depok untuk digembleng selama dua bulan, mulai Mei hingga Juni 2013.  Ini adalah program tahunan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh Perhimpunan Mahasiswa Kebumen Universitas Indonesia (PERHIMAK UI) untuk membantu calon-calon mahasiswa asal Kebumen menghadapi tes seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN).

Program yang bernama Bimbingan Belajar dan Beastudi (B3) PERHIMAK UI 2013 ini merupakan kali kedelapan, jika dihitung dari awal mulainya program pemboyongan siswa asal Kebumen ke Depok sejak 2005 oleh mahasiswa UI asal Kebumen. Namun untuk program resmi yang kemudian menjadi salah satu program kerja terstruktur PERHIMAK UI baru dilaksanakan tahun 2008. Inti dari program ini adalah memberikan fasilitas belajar bagi pesertanya untuk dapat lolos tes seleksi PTN dengan menyediakan tempat, pengajar, modul belajar, dan sebagainya di Depok sebagai basis kegiatan anggotanya.

PERHIMAK UI, yang 14 Februari lalu menginjak usia delapan tahun, selama perjalanannya berusaha untuk menerapkan asas ketiga dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. Program B3 ini hanya salah satu dari serangkaian program pengabdian masyarakat yang menjadi tujuan utama berkumpulnya mahasiswa-mahasiswa UI asal Kabupaten Kebumen di bawah satu atap organisasi. Rangkaian kegiatan lain di antaranya ada UI Goes to Kebumen (UIGTK), Bakti Desa, Bakti Sosial, dan utamanya Advokasi Mahasiswa Baru asal Kebumen yang diterima di UI.

Ide tentang pengabdian masyarakat yang dilakukan PERHIMAK UI berawal dari niat sederhana untuk membantu anak-anak Kebumen yang punya mimpi kuliah di perguruan tinggi. Kuliah dikenal oleh orang-orang semacam melihat barang mewah di etalase toko: mahal, terbatas, dan hanya bagi yang punya uang. Paradigma itu berusaha diubah dengan berbagai pendekatan untuk memperkenalkan dunia kampus pada masyarakat: pada pemerintah daerah, pada siswa, dan utamanya pada orang tua karena saat itu orang tuualah yang menentukan apakah seorang anak akan lanjut pendidikannya atau tidak. Lagi-lagi, karena masalah ekonomi.

Paradigma itu bergeser seiring bertambahnya jumlah anak asli Kebumen yang berhasil menjadi mahasiswa, lulus, dan memiliki pekerjaan yang dianggap baik oleh masyarakat. Ide besar pengabdian masyarakat PERHIMAK UI berkembang menjadi bagaimana memberikan fasilitas bagi para mahasiswa di perantauan untuk tetap dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan daerah asalnya. Bagaimana memberikan sumbangan-sumbangan positif bagi Kebumen dalam kapasitas sebagai mahasiswa? Kontribusi macam apa yang bisa diberikan? Akhirnya jawabannya ditemukan dalam program-program yang saya sebutkan di awal tadi. 

Orang tua punya banyak dana, banyak waktu, tapi sedikit tenaga. Orang dewasa punya banyak dana, banyak tenaga, tapi sedikit waktu. Orang muda banyak waktu, banyak tenaga, tapi sedikit dana. Demikian orang-orang berkata. Di golongan terakhir inilah rata-rata anggota PERHIMAK UI berada. Posisinya sebagai golongan muda menuntut untuk kreatif mencari cara untuk memenuhi kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan programnya. Maka dijalinlah berbagai jaringan alumni dan warga asal Kebumen yang ada di perantauan. Bekerja sama dengan IWAKK WALET MAS, yaitu perhimpunan warga asal Kebumen yang berdomisili di Jabodetabek, dan persatuan alumni sebagai stakeholder, kegiatan yang dilaksanakan paguyuban daerah kedua terbesar di UI ini dapat berlangsung stabil dalam hal pendanaan dan perluasan jaringan.

PERHIMAK UI telah menjadi fasilitas kontribusi bagi semua golongan. Bagi mahasiswa anggotanya, ia ada sebagai fasilitas pemenuhan asas ketiga Tri Dharma Perguruan Tinggi. Bagi alumni dan warga asal Kebumen, ia menjadi semacam salah satu pipa saluran untuk mengalirkan sumbangan-sumbangan baik ide maupun materi untuk kemajuan daerah asalnya. Dan tentu saja bagi pemerintah daerah Kebumen sendiri, ia adalah salah satu wadah yang strategis untuk memantau generasi muda daerah agar tetap memiliki ikatan dengan Kebumen. Harapannya dengan adanya ikatan ini, potensi-potensi yang sudah dididik di rantau dapat berkembang dan kelak membagi buahnya untuk membangun daerah.

Tahun berganti diikuti regenerasi kepengurusan PERHIMAK UI. Tiap periode kepengurusan selalu diawali dengan pembaharuan semangat untuk membagi manfaat bersama semua stakeholder. Dari didirikannya organisasi ini, salah satunya oleh Tribuana (Teknik Elektro UI 2002) sampai pada kepengurusan saat ini yang dipimpin Jodi Setiawan (Ilmu Komputer UI 2010), PERHIMAK UI perlahan menempati tempat kebermanfaatannya sendiri di tengah masyarakat Kebumen. Hingga kini jumlah anggota dan alumninya sudah melebihi angka 400 (sangat besar untuk ukuran satu kabupaten kecil di Jawa Tengah) dan terus bertambah.

“PERHIMAK UI itu lahir untuk Kebumen. Anggotanya adalah mahasiswa UI yang asal SMA-nya dari Kebumen, atau yang pernah tinggal di Kebumen, atau bisa jadi bagi semua yang merasa menjadi bagian dari keluarga perhimpunan mahasiswa asal Kebumen ini,” demikian kata Ketua PERHIMAK UI 2012/2013, Jodi Setiawan, di sebuah diskusi internal. 

Pernyataan itu juga dikatakan oleh ketua-ketua sebelumnya dan semua warga Perhimak UI jika mereka ditanya siapa saja yang berhak menjadi anggota paguyuban. Memang, pada dasarnya asas utama yang dijunjung paguyuban ini adalah kekluargaan yang profesional. Profesional dalam setiap pelaksanaan programnya dan bergerak sebagai satu kesatuan utuh keluarga Kebumen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Melihat Aksi Mahasiswa Lewat Drama Korea

Mengamati lewat media tentang bergeraknya mahasiswa, saya segera ingin menuliskannya. Rasanya kegelisahan di kepala bisa terasa lebih seder...