Senin, 10 Oktober 2016

Melihat ke Belakang

Jadi, mulai dari mana ya. Kalau blog ini rumah, pasti sudah penuh sawang (sarang laba-laba). Dulu waktu membuat blog ini, sepertinya tujuannya hanya untuk menyimpan tulisan-tulisan yang kuikutsertakan ke lomba dan artikel tugas kuliah. Tapi berhubung semakin jarang ikut lomba (bahkan sekarang mandeg sama sekali) dan sudah tidak kuliah, jadinya blog ini diisi curhatan galau. Macam ABG pula. Yasudah, toh tidak ada orang lain yang membaca selain diri sendiri. Blog ini berubah fungsi jadi ajang curhat yang sewaktu-waktu bisa diakses pemiliknya dari bus, dari warung, dari sawah, dari kamar mandi, atau dari mana saja dan bisa ditertawakan sepuasnya.

Aku punya banyak channel penyimpanan tulisan. Seperti yang kuketahui sendiri, aku senang mencoba dan merasakan saat-saat pertama kali melakukan sesuatu, tapi setelah sudah bisa atau sudah pernah jadi bosan sendiri. Makanya tulisanku pun tersebar dimana-mana; Facebook, blog, forum diskusi, portal opini, dan paling banyak tentu di lampiran email-email editor dan gudang-gudang arsip penerbit, lalu berakhir jadi sampah kertas daur ulang. Well, meski media penyampaiannya banyak dan berganti-ganti, setidaknya ada satu hal yang tetap, kan? Aku tetap menulis. Kurasa itu bagian paling penting.

Channel favoritku tentu saja buku harian, entah di buku atau file-file Ms. Word di laptop. Biasanya aku menulis di laptop jika ingin menyampaikan sesuatu yang panjang atau berada di tempat selain rumah. Sehari-hari aku lebih banyak mencorat-coret buku harian yang disimpan dengan sangat-tidak-rahasia di kamar. Aku tidak khawatir buku itu atau folder catatan harian di laptopku dibaca orang. Aku hampir tidak pernah menyebutkan nama orang, tempat, dan tanggal kejadian dalam tulisan yang sifatnya pribadi. Tulisanku pun, yah bisa dibilang, sulit dipahami. Bahasa kerennya, lumayan puitis dan sastrawi. Orang biasa yang tidak menaruh perhatian padaku akan sangat bosan membacanya. Jadi, sejauh ini metodeku masih aman.

Aku lebih banyak menulis tentang perasaan daripada deskripsi kejadian. Misalnya, bagaimana perasaanku hari itu, apa yang kupikirkan, dan apa yang pernah terlintas dalam pikiranku tapi baru sempat kutuliskan. Kadang-kadang, kalau aku membuka-buka lagi catatan lama, rasanya lucu. "Ah, dulu aku pernah benar-benar berpikir senaif ini", "Ya ampun, konyol banget kok mau-maunya aku mikirin urusan itu sampai sebegininya", atau "Bagaimana bisa berubah sejauh ini?" Dengan kata lain, catatan-catatan itu adalah rekaman perkembangan mental dan pola pikirku selama kurun waktu tertentu.

Catatan paling awal yang tersimpan di laptop adalah 14 Agustus 2013. Sedangkan untuk buku harian yang sekarang kugunakan, paling awal tanggalnya tidak tertulis. Hanya bulan dan tahun, yaitu September 2012. Buku harian yang kugunakan sebelumnya entah dimana. Mungkin sudah dimasukkan ke karung buku bekas dan dijual jadi bungkus tempe oleh Ummi. Wah, ditemukan pun aku tidak mau membacanya. Sepertinya itu buku harian tebal masa SMP-SMA. Isinya seputar keluhan tentang sistem pendidikan (karena banyaknya PR), betapa menyebalkannya adik-adikku, egoisnya teman-temanku, sedikit nuansa cerita pink abu-abu, dan kegilaanku pada Super Junior dan One Piece. Buku harian SD apalagi. Ugh, aku tidak ingin mengingatnya.

Melihat beberapa catatan tiga tahun ke belakang, ternyata ada beberapa hal yang berubah. Sekitar tahun 2012-2013, aku terkesan sangat keras kepala, naif, dan bodoh. Banyak cerita yang membayangkan bagaimana aku akan menjadi ketika lulus kuliah. Aku sangat menggebu-gebu tentang menjadi wartawan dan menolak menikah demi mengejar karir bisa menjadi kontributor di Timur Tengah. Beberapa catatan tentang pergolakan iman juga ada. Sepertinya saat itu aku mulai dekat dengan senior-senior yang aktif di gerakan mahasiswa, entah yang religius atau mengecap diri sebagai "kiri". Kenapa Tuhan menciptakan banyak agama, jika Dia hanya ingin dicintai dengan satu cara? Atau apakah agama hanya ciptaan manusia saja?

Berlanjut ke periode berikutnya sekitar akhir 2013 dan 2014, hampir semua catatanku tentang Pemira dan Perhimak. Kuamati juga di periode ini sepertinya sikapku mulai melunak, dengan lebih banyaknya tulisan yang mengusulkan solusi dan introspeksi diri daripada tulisan yang berisi kritikan. Bisa dibilang, aku mulai dewasa dan mau mempertimbangkan sudut pandang orang lain? Hahaha. Tapi soal tegas dan keras kepala sepertinya masih menjadi ciri khas. Di periode ini aku banyak belajar soal pengendalian diri, komitmen, dan bekerja dalam tim. Sisi lainnya, pandangan naif agak tersingkir dengan skeptisme dan sinisme. Behind the scene Pemira mengubah banyak hal dari pendapatku, baik tentang gerakan mahasiswa maupun personal orang-orang yang terlibat di dalamnya. Kesimpulanku sampai pada sebaiknya aku tidak menetap di kampus terlalu lama.

Meski demikian, tak ada pukulan yang lebih keras dari yang kudapatkan di awal tahun 2015. Sudah sering kuceritakan lewat tulisan atau obrolan dengan teman bahwa meninggalnya Bapak seperti turn over dalam hidupku. Aku tak punya pilihan selain memikirkan kembali rencana-rencanaku, target-targetku, dan orientasi hidupku. Jadilah isi catatanku sepanjang 2015 adalah curhat-curhat yang berisi kemarahan, kecewa, bingung, pengingat untuk tetap bersyukur, dan kalau boleh kusimpulkan adalah my attempt to brainwashing myself. Aku harus meyakinkan diri terus-menerus bahwa apa yang sedang kulakukan ini adalah hal yang benar. Hal yang benar harus lebih diprioritaskan dibandingkan hal yang ingin dilakukan.

Menyempitnya pergaulanku juga terlihat dalam catatan-catatan di tahun 2016. Sebelumnya kupikir cakupan ceritaku lebih luas, dengan berbagai topik dan tanggapan sikap. Belakangan topik yang ditulis cenderung tetap, hanya suasana hati yang berganti-ganti. Frekuensi pun menjadi jarang. Bisa jadi ini karena pengaruh pekerjaan. Sehari-harinya aku menulis untuk pekerjaan dan dengan channel yang tetap, sehingga untuk menulis yang personal rasanya energi sudah tipis. Melihat laptop rasanya sudah lelah dan sebenarnya pun aku merasa macet. Jadilah blog ini hanya berisi postingan lama atau repost postingan orang lain. Request tulisan beberapa teman pun belum terpenuhi. Ini agak membuat stres karena aku sudah terlanjur berjanji.

Kalau boleh diungkapkan dengan warna, catatan-catatan tahun ini warnanya pink dengan gradasi yang berujung abu-abu. Banyak catatan galau soal perasaan suka (atau cinta? Haha!). Dari hari ke hari dalam beberapa bulan, catatan yang ada selalu tentang rumusan bagaimana menghadapi suatu perasaan tertentu. Banyak alasan logis (atau yang kuanggap logis) yang kupikirkan yang menimbulkan perdebatan dalam pikiranku sendiri. Yang jelas situasi ini adalah hal baru sehingga ada rasa kaget, bingung, dan macam-macam yang sangat bukan aku. Kalau sekarang aku melihat catatan-catatan itu lagi, jadi terlintas pikiran, "Wah, ternyata aku pun punya sisi yang seperti ini" dan bikin ketawa. Tapi aku tidak menyesal. Di beberapa tanggal sepertinya aku merasa sangat senang sehingga aku sangat mensyukuri pengalaman ini. Menyukai orang itu menyenangkan ya! Hanya saja, lagi-lagi: hal yang benar harus lebih diprioritaskan dibandingkan hal yang ingin dilakukan.

Selain dari isi, gaya menulisku juga berubah dari tahun 2012. Semakin ke sini, makin banyak analogi yang dipakai dan makin puitis. Aku merasa banyak terpengaruh oleh tulisan di Facebook Kak Ijonk yang kukoleksi sejak kuliah. Beberapa buku kumpulan puisi dan novel yang kubaca juga berpengaruh besar, seperti Sapardi, Aan Mansyur, Dea Anugrah, Pram, dan Ahmad Tohari. Juga drama Korea! Jika kulakukan tes kepribadian, sepertinya persentase melankolisku meningkat.

Kupikir untuk ke depan, aku perlu memulai lagi menulis opini yang serius. Blog ini harus jadi dokumentasi yang baik untuk pemikiran-pemikiranku. Wawasanku tidak boleh mandeg akibat rutinitas harian. Dengan aktif lagi di beberapa kegiatan sosial, aku akan banyak bertemu orang baru dan bicara topik-topik baru. Ini akan menjadi titik perubahan baru (kuharap begitu) dalam catatan-catatanku. Dalam tiga atau empat tahun berikutnya, ketika aku melihat lagi ke catatan-catatan ini, perubahan apa ya yang kiranya akan kutemukan?

2 komentar:

  1. saya perlu belajar menulis nih dari mba Annisa .....
    salam blogger kebumen....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini blog buat dokumentasi curhat aja Mas, mohon diabaikan saja haha. Tulisan-tulisan yang lebih serius bisa cek di www.kebumenmuda.com. Mas juga bisa ikutan jadi kontributor/guest blogging di situ

      Terima kasih sudah berkunjung :)

      Hapus

Melihat Aksi Mahasiswa Lewat Drama Korea

Mengamati lewat media tentang bergeraknya mahasiswa, saya segera ingin menuliskannya. Rasanya kegelisahan di kepala bisa terasa lebih seder...