Rabu, 23 Desember 2015

Diari Resepsi -in his eyes-


Hari ini ia adalah wanita yang paling bersedih hatinya. Tidak apa, karena setelah ini aku akan selalu membuatnya bahagia.

Hari ini ia menekan segala perasaannya dan menyimpulkannya sebagai senyum yang dikembangkan ke siapa saja. Kugenggam saja erat tangannya, membantunya mempertahankan bendungan air mata yang ingin segera tumpah. Tidak apa, karena setelah ini aku akan menjadi tempat baginya untuk menangis sepuasnya.

Hari ini ia membunuh egonya dengan sempurna, menyingkirkan manja yang selamanya dihalangi harga diri dan ketangguhan prinsip hidup yang dijalaninya. Nanti, setelah ini, aku akan merengkuhnya dalam lenganku dan mengizinkannya bermanja-manja sampai ia merasa utuh.

Aku ingin segera memenuhinya dengan rasa-rasa yang kusimpan sejak lama. Aku ingin segera menjadi tempatnya merasa penuh. Merasa aman dan terlindungi sehingga ia tak perlu lagi lari atau sembunyi. Aku ingin menyampaikannya segera, bahwa ia tak perlu lagi meinta izin untuk tertawa, menangis, meminta, dan berbahagia. Ia tak perlu lagi merasa bersalah setiap kali hatinya berbunga-bunga.

Aku ingin mencintainya dengan seluruh energiku, menjadi tempatnya mengadu dan berkeluh, menjadi tempatnya mengikhlaskan diri patuh. Dengan seluruh hidupku, aku ingin setiap saatku tanpanya adalah rindu.

Bahagiaku adalah kemampuan untuk menghargainya, menghormati hak-haknya, perasaannya, dan menyayanginya. 

Tuhan pernah mengambilnya, menyamarkannya sebagai tulang rusuk yang tidak ada faedahnya jika terpasang sempurna, dan memisahkan kami dengan paksa. Kini ketika sudah Tuhan kembalikan, aku akan memastikan selainNya tidak akan ada yang bisa memisahkan.


24 Desember 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Melihat Aksi Mahasiswa Lewat Drama Korea

Mengamati lewat media tentang bergeraknya mahasiswa, saya segera ingin menuliskannya. Rasanya kegelisahan di kepala bisa terasa lebih seder...