Tren minum kopi tengah merambah Kebumen. Kafe dan kedai kopi bermunculan. Penikmat kopi
instan mulai berkenalan dengan biji kopi asli yang disangrai (roasting) dan dibuat dengan mesin
espresso. Tapi kopi lokal Kebumen sendiri belum terdengar gaungnya. Bahkan banyak yang belum
tahu bahwa kopi bisa tumbuh di Kebumen yang merupakan daerah pesisir. Padahal di sejumlah
daerah di Kabupaten Kebumen terdapat kebun kopi yang dikelola petani lokal. Bagaimana caranya
membuat tren minum kopi di Kebumen bisa mendatangkan keuntungan bagi petani kopi lokal?
Tantangan Kopi Kebumen
Dalam bincang-bincang yang diselenggarakan di Roemah Kopi Gombong di Jl. Sempor Lama (pojok
utara Roemah Martha Tilaar) hari Senin (11/9) lebih dari 50 petani dan penggiat kopi serta sejumlah
komunitas hadir. Mereka bicara tentang kondisi tanaman kopi di Kebumen yang perawatannya
masih sangat membutuhkan pendampingan.
Solihin, misalnya. Petani kopi dari Puring itu mengungkapkan banyaknya hama penggerek batang
yang menggerogoti tanaman kopinya. Sedangkan Parno, petani kopi Somagedhe, mengaku masih
mencari jenis kopi yang cocok ditanam. Ia sempat menanam Robusta sebelum akhirnya tanaman itu
mati. Demikian juga ia telah mencoba jenis Arabika yang walaupun bisa hidup namun hasilnya tidak
produktif. Hanya jenis Excelsa yang tumbuh dengan baik, tetapi jenis ini harga jualnya rendah karena
tidak dirawat.
Persoalan yang dikemukakan petani lain kurang lebih sama. Selain dua persoalan di atas, masalah
terbesar yang dihadapi petani adalah pemasaran. Banyak petani yang akhirnya membiarkan
lahannya tidak terawat karena tidak ada keuntungan yang ia dapat dari penjualan kopi. Biji kopi yang
dipanen dijual dengan harga seikhlasnya ke para tetangga.
Pendampingan Petani Kopi
Harga jual kopi Kebumen, menurut Tetuko Wahyu yang menjadi salah satu penggagas Kebumen
Mengopi, belum bisa diukur standarnya. Selama ini petani hanya menjual kopi sepayune atau
berapapun harga yang ditawar pembeli (yang kebanyakan tetangga mereka sendiri). Hal ini karena
kualitas kopi masih rendah dan tidak seragam. Ini jelas menurunkan harga. Perawatan tanaman kopi
inilah yang akan menjadi fokus utama komunitas Kebumen Mengopi dalam melakukan
pendampingan.
Puring, Somagedhe, Banjarnegara, Ambal, Karanggayam, dan Kentheng adalah beberapa daerah di
Kebumen yang terbukti bisa ditanami kopi. Ke depan perlu riset kondisi lahan untuk menentukan
jenis tanaman kopi yang bisa tumbuh dengan baik. Setelahnya kontrol intensif dari petani sendiri
sangat diperlukan. Disinilah peran komunitas Kebumen Mengopi.
Beranggotakan penikmat kopi dan sejumlah ahli di bidang biologi, pertanian, dan pengembangan
komunitas, Kebumen Mengopi mengunjungi beberapa daerah yang lahannya ditanami kopi dan
bertemu petani lokal. Bekerja sama dengan pemerintah desa setempat dan LMDH (Lembaga
Masyarakat Desa Hutan) yang dikelola Kemeterian Kehutanan, komunitas Kebumen Mengopi
berharap bisa meningkatkan kesejahteraan petani kopi lokal dan mempopulerkan kopi tradisional.
Mostly about social, books, and personal development. No I don't talk about physics and math, but will still come if you offer me a cup of cappuccino. Thank you for visiting my page!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Melihat Aksi Mahasiswa Lewat Drama Korea
Mengamati lewat media tentang bergeraknya mahasiswa, saya segera ingin menuliskannya. Rasanya kegelisahan di kepala bisa terasa lebih seder...

-
Jadi, mulai dari mana ya. Kalau blog ini rumah, pasti sudah penuh sawang (sarang laba-laba). Dulu waktu membuat blog ini, sepertinya tujua...
-
(first published in https://digitalsenior.sg/working-in-a-local-ngo/ ) Working in an NGO offers many challenges and priceless lifetime...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar