Selasa, 22 Mei 2018

Kamboja - Refleksi Perjalanan 1



Di suatu desa kecil di Kampong Tboung Khmum, Kamboja, kelompok muslim yang minoritas membentuk rumah-rumah panggung kecil di sekitar satu2nya masjid di seluruh desa. Masjid tak hanya jadi tempat ibadah, melainkan tempat berkumpul komunitas dalam berbagai kegiatan.

Masyarakatnya menghidupkan masjid tak hanya lewat adzan dan shalat jamaah. Rapat, arisan, bazaar, olahraga, madrasah diniyah, latihan pentas drama santri setempat, hingga dapur umum. Masjid menjadi jantung yang menggerakkan roda kehidupan penduduk sekitar. Fungsinya tak dipersempit hanya sebagai tempat suci dimana firman Tuhan disampaikan.

Alasan utamanya bisa jadi karena tak punya tempat berkumpul lain. Tapi justru di dalam keterbatasan, di antara celah sempit barisan orang berjubel untuk Jumatan, ada syukur yang membuat mereka selalu ingin menghidupkan rumah Tuhan.

Bulan Ramadan kita di sini kian berjalan. Barisan tarawih semakin menipis ke depan. Ketika masjid hanya difungsikan sebagai tempat menggugurkan kewajiban menghadap Tuhan, ia tak punya kuasa menghimpun orang2 ketika khutbah mulai dirasa membosankan. Keramaian tumpah ruah di jalan-jalan.

22 Mei 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Melihat Aksi Mahasiswa Lewat Drama Korea

Mengamati lewat media tentang bergeraknya mahasiswa, saya segera ingin menuliskannya. Rasanya kegelisahan di kepala bisa terasa lebih seder...